Palangka news co id # Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah Setiap 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Momentum peringatan tahun ini mengangkat tema; Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar. Seperti apa potret pendidikan di Kota Palangka Raya? Apakah sepenuhnya sudah merdeka? Berikut hasil pantauan di beberapa sekolah tingkat sekolah dasar (SD).
Berdasarkan pantauan lapangan, masih ditemukan permasalahan-permasalahn di dunia pendidikan. Seperti di SDN 1 Petuk Katimpun. Sekolah yang berada di wilayah Kelurahan Petuk Katimpun, Kecamatan Jekan Raya ini ternyata masih minim tenaga pengajar. Hal itu dibenarkan oleh Kepala SDN 1 Petuk Katimpun, Lendang.
Diungkapkannya, sekolah yang dipimpinnya itu masih membutuhkan tambahan tenaga pendidik. Saat ini hanya ada tiga guru paket dan tiga guru kelas.
“Di sini hanya ada enam guru, terdiri dari tiga guru paket dan tiga guru kelas, dituntut untuk mengajar 49 murid dari semua tingkat kelas,” beber Lendang, Selasa (2/5).
Bahkan guru paket PJOK, agama Islam, dan agama Kristen harus beralih menjadi guru kelas. Tak heran pihak sekolah sangat menginginkan adanya penambahan tenaga pengajar, khususnya guru kelas.
Tiap kali ada salah satu guru yang berhalangan, maka guru yang lain akan menutupi kekosongan itu. Lendang menyebut, hal itu dilakukan oleh guru-guru yang mengabdi di sekolah ini, agar proses belajar mengajar tetap berjalan normal.
“Sebenarnya kami berusaha untuk menutupi teman-teman yang berhalangan hadir, tidak bisa dipungkiri bahwa dengan adanya keterbatasan ini, hasilnya pun tidak maksimal,” tuturnya.
Selain masih kurangnya tenaga pengajar, sekolah yang terletak di pinggiran Sungai Kahayan ini juga mengharapkan adanya perbaikan sarana dan prasarana sekolah.
Ada beberapa ruang kelas yang tidak digunakan lagi karena atap dan lantai yang jebol. Seperti pada ruang kelas tiga. Karena atap dan lantainya jebol, proses belajar mengajar dilaksanakan dengan memanfaatkan ruang perpustakaan. Warna cat bangunan sekolah pun sudah mulai memudar. Tak sedikit papan yang mulai rapuh. Sudah waktunya sekolah ini diberi perhatian lebih.
Bagian samping atas ruang kelas enam terlihat bekas terbakar. Warga pernah menggunakan api untuk mengusir tawon yang bersarang di situ. Nahasnya, kain yang digunakan menyangkut. Alhasil sebagian atap sempat terbakar. Beruntung api bisa secepatnya dipadamkan.
Selain ruang kelas, kondisi WC sekolah juga sudah tidak layak pakai.
“Secara resmi proposal baru diajukan tahun ini untuk dilakukan perbaikan sarana prasarana sekolah, dan itu sudah direspons pihak dinas, kata mereka akan direalisasikan setelah lebaran,” bebernya.
Sekolah ini bahkan tidak memiliki uang komite yang bisa digunakan untuk membantu renovasi fasilitas sekolah. Tidak adanya jaringan internet juga menjadi keluhan di sekolah ini. Padahal penerapan Kurikulun Merdeka Belajar dewasa ini sebagian besar memerlukan jaringan internet.
“Karena tidak ada jaringan internet, kami tidak bisa mengakses data, di saat sekolah lain sudah bisa menggunakan metode visual, kami di sini justru belum bisa ke tahap itu,” ucap Lendang.
Ia menambahkan, buku paket yang digunakan di sekolah yang dipimpinnya ini, beberapanya masih merupakan buku paket kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 13.
Pada momen Hari Pendidikan tahun ini, lanjut Lendang, tidak ada persiapan atau kegiatan khusus yang dilakukan pihaknya. Hanya diadakan upacara bendera pada pagi harinya.
Problem dunia pendidikan juga dialami di SDN 14 Palangka Raya. Sekolah yang berada di Jalan Mendawai tersebut terancam terbengkalai, menyusul ambruknya bangunan tiga ruang kelas, toilet, serta satu gedung pada Januari 2022 lalu.
Warga setempat, Salma mengungkapkan bahwa peserta didik SDN 14 Palangka telah diungsikan ke beberapa sekolah di Kota Palangka Raya. Di antaranya SDN 1 Palangka Raya dan SDN 6 Palangka Raya.
“Sekolahan itu sudah lama ditinggalkan. Anak-anak didiknya sudah dipindahkan ke beberapa sekolah, sebagian di SDN 1, depan Polda samping Gedung Golkar,” bebernya.
Setelah didatangi dan dilihat lebih lanjut, keadaan bangunan SDN yang telah ditinggalkan sejak satu tahun yang lalu itu sangatlah memprihatinkan. Banyak sampah berserakan baik di halaman sekolah maupun di bawah genangan air, bangunan kayu yang mulai berlubang serta rapuh termakan usia dan beberapa kursi yang terbengkalai.
Ketika dikonfirmasi Kalteng Pos, Jarmadi selaku salah satu guru SDN 14 Palangka tidak banyak berkomentar. Pihaknya hanya bisa menunggu tindak lanjut dari istansi dan dinas terkait.
“Nah, kalau mau bertanya mengenai perkembangan perbaikan sekolah maupun pembagian pelajar ke sekolah-sekolah lain, itu bisa ditanyakan langsung ke disdik, di sana datanya lengkap. Maaf, ya,” ujarnya.
Menanggapi kerusakan bangunan sekolah tersebut, Kadisdik Kota Palangka Raya Jayani menyampaikan bahwa tiap kepala sekolah harus memahami juknis penggunaan dana BOS. “Karena jika menunggu rehabilitasi dari dinas, akan butuh waktu yang sangat lama,” ucapnya.
Kerusakan bangunan sekolah berpotensi mengganggu keberlangsungan proses belajar mengajar di sekolah bersangkutan. Apabila kerusakan masih dalam skala kecil, kepala sekolah diharapkan bijak menyikapi. “Kecuali jika rusaknya sudah parah, barulah diajukan ke dinas, nanti diproses,” lanjutnya.
“Jangan sampai ada yang minta dana dari orang tua siswa atau masyarakat untuk perbaikan bangunan sekolah,” tambahnya.
Jayani memastikan seluruh usulan yang masuk ke Dinas Pendidikan akan dipenuhi. “Setelah adanya usulan atau laporan yang masuk, nanti akan ada pembicaraan lebih lanjut untuk tindak lanjutnya,” paparnya.
Selanjutnya disdik akan bekerja sama dengan beberapa pihak terkait sesuai bidangnya untuk tindak lanjut. “Karena kami kurang paham dalam menilai kerusakan, maka kami bekerja sama dengan Dinas PUPR untuk itu,” jelasnya.
Dengan adanya kerja sama itu, perencanaan yang disiapkan akan lebih matang. Menurutnya, sekolah yang masuk dalam data rehab, tentu sudah sesuai kriteria. Salah satunya rencana rehabilitasi SDN 1 Petuk Katimpun.
“Untuk rehab tahun ini yang ada di Palangka Raya, usulannya sudah dalam tahap tayang,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakannya, penanganan teknis sementara bisa ditangani oleh kepala sekolah, mengingat mekanisme rehab memiliki prosedur yang cukup panjang. Kepala sekolah harus bisa mengontrol dan menangani kerusakan-kerusakan fasilitas sekolah dengan memanfaatkan dana BOS. “Jangan sampai dibiarkan hingga berbulan-bulan, menunggu rehab besar-besaran, makin lama dibiarkan makin banyak pula perbaikan yang harus dilakukan,” sebutnya.
Tiap tahun disdik selalu melakukan pemantauan ke sekolah-sekolah. Meninjau sekolah mana saja yang sekiranya perlu dilakukan rehabilitasi. “Kalau ada sekolah yang sudah sampai 10 tahun tidak rehab, tapi bangunan sekolah dan fasilitas sekolah masih dalam kondisi bagus, berarti kinerja kepala sekolahnya bagus,” ucapnya.
Pewarta : Tim pknews
Sumber : (irj/*zia/*wls/ce/ala)